Kamis, 11 September 2008

pipipipipipipiiiiiiiip

Jangan pernah bersahabat dengan kedua orang yang sedang memadu kasih… Hahah… Ay dapet ungkapan ini setelah puasa mutih seminggu penuh dan alhamdulillah berkecimpung langsung di dunia gelap seperti itu selama kurang lebih sembilan bulanan (sebentar lagi brojol).

Eh, beneran seriusan. Iya sih, pertama-pertamanya oke, malahan seneng ketika melihat kenyataan bahwa dua orang yang kita sayang bisa cinta-cintaan begituh. Itu mungkin bisa bertahan dua atau tiga bulan awal – atau satu bulan setengah awal. Selebihnya… Anda akan mengalami hal-hal seperti berikut:

Awalnya Anda akan merasa berkewajiban menyampaikan kepada P – malah mengomporinya – untuk segera melancarkan aksi pada W karena W pastinya tidak akan menolak cintanya untuk saat ini. P terlihat girang. Ia menyususn siasat. Kita merasa menjadi: Pahlawan sekaligus Messenger.

Merasa tidak berguna ketika mereka – kata ganti untuk kedua orang tersayang – berpisah untuk yang pertama kali. Dan si pria (sebuat dia P) malah mabok-mabokan dua hari dua malam. Dan kita cuma bisa menenangkan dia via sms. Dan ay kasih bocoran tentang rasanya: Semakin Merasa Tidak Berguna.

Menjadi tempat bercurhat si wanita (kita panggil dia W) ketika P meminta balikan lagi. W sepertinya tidak tau mau menjawab apa. Posisi kita sekarang adalah: Marketing Agent.

P sepertinya mulai suudon dengan berpikiran dia akan ditolak. Maka kita akan menjadi: Juru Penenang. Anytime, anywhere.

Dilihat dari gelagat-gelagatnya, W sepertinya menyesal dengan menggantungkan seorang P di tiang harapan (najis), kita sudah berniatan tulus akan membantu W untuk “menyerang” P kembali. Namun sayang beribu sayang, W merasa “takut” pada kita karena melihat kedekatan yang terjalin akhir-akhir ini dengan P. Kita mendapatkan satu gelar: Pengganggu bagian I.

Mendengar dari P, di tengah malam ketika kita yang menjalani program diet sedang memakan salad dipenuhi mayones gila, via telepon, mereka telah berjadian kembali. W nekat melakukan ritual penembakan kembali. Hahah. Mengejutkan. Ya enggak lahh, secara kita adalah: Pemantau yang Baik.

Pagi-pagi di kampus, kita akan “dikejutkan” dengan cerita lengkap penembakan W pada P dari seorang teman yang lainnya. Tapi, W menganjurkan agar tidak satu orang pun yang boleh memberi tau kita. Mungkin menganggap kita tau dengan sendirinya adalah cara yang tepat bagi W. Beliau tidak tau betapa tidak enaknya menjadi: Orang yang Tidak Dipercaya bagian I.

Di suatu keadaan ketika hujan turun dengan derasnya, W meminta dijemput di suatu tempat. Kehujanan. Menggigil. W menangis. P dengan brengsek telah memutuskannya. Perlu waktu semalam untuk menenangkan W. Di satu sisi P meminta kita untuk meneleponnya tapi kita merasa bahwa P terlalu angkuh dan bodoh untuk melepaskan orang yang selama ini dia sayang habis-habisan - di samping kita memang tidak punya pulsa - karena saat itu kita adalah: Setengah Malaikan Setengah Iblis.

Kita tidak menelepon P. Tapi tenang, otaknya sudah mencair. Ia kembali memohon pada W untuk kembali. Kita menjadi: Supporter.

Sepenuhnya menjadi: Nice Momma ketika curhatan-curhatan “nakal” P selalu datang di kala ia merasa tidak diperhatikan W. Sosok wanita-lain mulai bermunculan di kehidupannya. Kita selalu berusaha menyikapinya dengan bijak dan kita pun membuat folder baru dalam henpon kita agar pesan-curhat-berbahaya jauh dari gapaian W.

Kebiasaan mengoprek henpon orang dan kebiasaan menggeletakkan henpon di sembarang tempat membuat W dengan bebas dapat mengakses henpon kita. Pesan-curhat-berbahaya dibaca W. Firasat. Omongan W sudah mulai “menjurus”. Kita tau ada “penyelidikan” dalam tiap kata-kata W. Sore harinya, W meminta break pada P. Tengah malamnya, P menangis selama satu jam di telepon. Kita adalah: Pengganggu bagian II plus Orang Bego Ceroboh.

P melakukan pelarian ke suatu tempat. Dan kita masih di sini. Dengan penyesalan teramat sangat. Memohon-mohon pada W agar bisa memikirkannya lebih matang dan sepenuhnya menjadi: Peminta-minta dari Kolong Jembatan Pasupati..

Kita adalah: Motivator ketika sudah tak ada harapan bagi P kembali. Dan kita yang sudah lelah menjadi Peminta-minta dari Kolong Jembatan Pasupati, mulai kepada fase pencarian-wanita-berkualitas bagi P.

Kesetimbangan dalam persahabatan mulai ternoda. Ada fase keberpihakan dimana kita lebih condong kepada P dan mulai ikut menyalahkan W. Kita tau W masih menyimpan harapan pada P. Namun kita melihat kehidupan P yang mulai membaik dari sebelumnya, dan kita hanya diam. Begitu pun ketika P kekeh berbalikan lagi, kita menahannya. Posisi ini ay namakan: Iblis Bersayap Hitam.

Terdengar kabar bahwa P akan pergi ke suatu tempat di Asia Timur (jaahh elahh), W terus bertanya pada kita apa yang sebenarnya terjadi. Menyesal, menyadari satu hal, ia pun mengajak P untuk kembali memadu cinta (anjrit, geli banget ni frase!). Tapi mereka menutupi status barunya itu dari kita. Ya, kita memang bukan siapa-siapa. Kita pun menjadi: Medium yang Elegan dan Terpinggirkan.

Ketika suatu postingan di blog lama kita - yang memuat semua curahan emosi kekesalan kita terhadap P dan W sekaligus - menjadi suatu petaka - walau kita baru satu jam saja mendarat di rumah dari pelarian kestresan - yang P khawatirkan hanya satu: hubungannya dengan W. Bukan hubungan kita dengan W, yang jelas lebih terancam. Tapi kita tetap dapat meng-handle-nya karena kita: Si Bijak dari Utara dan Truly Madly Deeply Peminta-minta. Sekaligus sakit hati ketika P mengatakan bahwa kita menjauhi P hanya dikarenakan pada suatu kelompok di suatu mata kuliah, W memisahkan dirinya sendiri.

Mencoba untuk tetap seimbang dalam menghadapi keduanya tapi kita hanyalah: Manusia Picik yang Tidak Sempurna. Ketika dekat dengan W, tanpa sadar kita menjauhi P. Dan sebaliknya.

Hal tersebut diketahui W. Ia merasa bersalah dan berulang kali berkata: tidak mau merusak persahabatan kita dengan P. Tapi jutaan kali kita akan menjawab: kita pun tidak mau mengganggu hubungan mereka. W menangis. Tanpa sanggup menatap wajah W, kita berusaha mati-matian menahan sifat cengeng yang dominan. Yahh: Pengganggu bagian III.

Apapun akan kita lakukan, Sodara. Mungkin menjauhi P untuk W. Untuk P juga. Karena tentunya, bila mereka kembali berpisah, kita yang akan paling merasa bersalah.

Dan di sinilah ay. Sedang melakukan Karantina-Diri-dari-P. Menyadari bahwa P merasa dirugikan. Tapi ay lebih dari ituh. Ini demi mereka, Tuhan… Demi kesuksesan dan kebahagiaan P. Ketahuilah wahai Wanita, ay menyayangimuh… Dan ketahuilah Pria - dengan bentangan jarak seperti inih – tetap percayakan pada temanmuh ini. Semua ada tujuannya. Ay lebih senang jika Anda bahagia. Tidak ada yang berubah. Ay tetap akan jadi orang pertama yang sekarat jika melihat Anda sakit.

Lihat ke dalam, dan sadarilah, sebenarnya ay tidak terlalu dibutuhkan…
Lihat rentetan kejadian di atas, ay selalu ada dalam proses jadian-putus-jadian kalian. Secara langsung dan tidak langsung, semuanya karena ay. Sekarang dengan keadaan kalian berbarengan lagih, ay nggak pengen - karena ketololan ay lagi - semuanya berakhir.
Percayalah pada temanmu. Jangan buat semua ini jadi sia-sia.

***

the consequence... all we know...